Hari ini (07/03/09) adalah hari pertama jalan-jalan di kota Makassar. Sesuai rencana jadwal hari ini adalah daerah wisata di sekitar kota Makassar, Gowa dan jika masih sempet berakhir di Malino.
Pagi hari sarapan bubur ayam sambil duduk di pinggir pantai Losari, merhatiin dua nelayan nangkep kepiting. Wajah mereka dibalut seperti mumi.Lucu. he..he..
Bubur ayam yang gue makan ini enak dan rame banget. Letaknya di salah satu sudut toko di seberang pantai Losari. Satu yang gue kesel banget di Makassar, yaitu susah banget buat nyebrang. Motor dan mobil ngebut semua. Kadang lambaian tangan pun diabaikan. Bete.
Selesai makan, gue, Heidy dan Nana mengunjungi Fort Rotterdam yang terletak di jalan Ujung Pandang. Masuknya enggak bayar, cuma kudu kasih uang sukarela ke satpam yang jaga. Sama aja bayar yak? Hehehe..Seperti biasa berkeliling benteng, dari satu gedung ke gedung lainnya. Tidak lupa sesi foto-foto.
Di dalam komplek ini terdapat dua gedung yang di buka untuk umum yaitu museum La Galigo dan satu museum lagi yang gue gak tau apa namanya. Di dalam museum yang gak gue ketahui namanya ini disimpan barang-barang peninggalan seperti meriam, bata yang disusun guna pembuatan Fort Rotterdam, baju rantai, miniatur Fort Rotterdam dan lain-lain.
Selesai dari Fort Rotterdam, mobil yang disewa pun datang menjemput. Tujuan berikutnya adalah makam pahlawan nasional Pangeran Diponegoro. Komplek pemakaman ini merupakan pemakaman keluarga. Makam yang paling besar adalah pemakaman Pangeran Diponegoro dan Istrinya R. A. Ratu Ratna Ningsih.
Selesai dari Makam Pangeran Diponegoro, perjalanan wisata dilanjutkan ke monument Mandala. Sayang tidak bisa masuk ke dalam monument. Jadi cuma liat dan foto-foto di luar monument sambil liat orang-orang yang lagi nyiapin panggung di halaman monument. Katanya seh ntar malem ada pagelaran musik.
Berikutnya adalah Pelabuhan Paotere. Sempet nyasar ke tempat pelelangan ikan.he..he..tapi akhirnya nemu juga pelabuhan yang cukup terkenal di Makassar ini. Melihat kapal-kapal Phinisi. Namun sayang layarnya tidak terkembang. Ada kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang. Turun dari mobil, Heidy sibuk foto-foto kapal. Tidak lupa gue dan Nana bergaya dan tentunya juga difoto ampe diliatin sama ABK kapal yang lagi istirahat. Girl power banget secara cewek-cewek semua hehehehe.
Selesai dari Pelabuhan Paotere kemudian makan siang dulu di rumah makan Lae-lae. Perut kenyang, tempat wisata selanjutnya yang dikunjungi adalah benteng Somba Opu di daerah Gowa. Sekali lagi, foto-foto tentunya. Sayang, di kawasan ini sedang ada perkemahan anak sekolah. Keliling bentar liat-liat dari mobil. Berhubung rame banget, gue, Heidy, dan Nana lebih banyak foto-foto di rumah contoh rumah adat Tana Toraja. Rumah yang unik.
Dari benteng Somba Opu, mobil dipacu ke arah Museum Balla Lompoa, Istana raja Gowa zaman dahulu kala. Bapak penjaga istana sangat baik memperbolehkan kami untuk masuk ke dalam. Ada tempat makan dan pertemua raja. Banyak sekali barang-barang zaman aktifnya kerajaan yang disimpan di sini. Di salah satu kamar di belakang istana terdapat sebuah ruangan tempak penyimpanan barang-barang berharga milik kerajaan yaitu berupa mahkota kerajaan Gowa yang disebut Salokoa. Salokoa ini terbuat dari emas murni yang bertaburan permata. Beratnya 1768 gr. Salokoa hanya digunakan ketika penobatan raja.
Di lemari sekitar mahkota terdapat al-quran zaman dahulu. Selain keramik-keramik zaman dahulu, juga ada perhiasan-perhiasan yang semuanya dari emas murni. Yang membuat gue sangat takjub adalah bapak penjaga istana ini hanya mengunci ruangan tersebut seperti mengunci rumah biasa. Tanpa ada pengaman lain. Gue jadi kebayang, andaikan mahkota ataupun salah satu perhiasan ini dicuri, bisa kaya mendadak si pencuri. He..he..he..
Keluar dari Balla Lompoa, mobil dipacu ke makam Sultan Hasanuddin. Salah satu Sultan Gowa yang terkenal. Yang turun Cuma gue dan heidy. Nana ogah turun. Bilangnya seh males. Udah sore malah ke makam. He..he..Di dalam komplek makam ini terdapat beberapa makam yang salah satunya adalah makam Sultan Hasanuddin. Jika melihat bentuk makam-makam ini, sangat terlihat bahwa makam ini adalah ciri khas dari zaman megalithikum dimana banyak mempergunakan batu-batu berukuran besar yang ditumpuk-tumpuk.
Usai dari makam, tujuan berikutnya adalah Malino. Semoga aja masih ke buru. Mengingat udah sore dan untuk ke Malino membutuhkan waktu sekitar satu jam dari Gowa. Tidak jauh dari makam Sultan hasanuddin, terdapat mesjid tua yang dinamakan Mesjid Katangka dan juga Mesjid Syehk Yusuf.
Akhirnya mobil belok ke jalan arah Malino. Namun jalanan sangat jelek sekali. Lubang, baik di tengah ataupun tepi jalan, sangat besar-besar. Di beberapa lubang tegenang oleh air. Berhubung gue pengen banget pipis, akhirnya mampir dulu di pom bensin. Heidy pun nanya sama bapak-bapak yang ada di pom bensin, berapa jauh lagi jalan jelek seperti jalan ini. Dan si bapak pun menjawab jalanan jelek seperti ini hingga ke Dam Bili-bili yang sekitar 15 KM dari pom bensin. Akan tetapi setelah Dam Bili-bili jalanan sudah mulus. Hm..hm..15 KM? Kurang jauh aja kan. Akhirnya mobil diputer balik ke arah Makassar. Pulang.
Malem harinya Heidy tepar. Tidur dari jam 8 malem sampe pagi. Kecapekan. Rencana wisata di malam hari pun dibatalkan. Apa cobaaaaaaa? he..he..he..