Hari ini, Sabtu, 29 Nov 2008, akhirnya gue bisa bebas dari pekerjaan. Pelatihan sudah selesai di hari jumat malam. Tiket kepulangan ke
Pagi ini, langit begitu cerah. Dari kamar gue yang terletak di bagian samping hotel Santika Jogja, gunung merapi terlihat sangat jelas menjulang tinggi. Puncak merapi pun terlihat sangat indah. Ide pun muncul dari otak gue untuk memotret gunung merapi dari atap (roof) hotel Santika. Segera setelah niat terbesit, gue telpon ke resepsionis hotel, apakah gue bisa ke atap. Resepsionis pun menjawab boleh dengan catatan harus dikawal oleh security hotel.
Gue pun turun ke lobi hotel. Satpam dengan nama yang tertera pada baju dinas adalah Bapak Bambang menghampiri gue. Di temani oleh bapak Bambang, gue pun menaiki anak tangga di lantai tiga menuju atap. Tapi ternyata atap hotel santika tidak seperti tampak luar dan tidak seperti yang gue bayangkan.
Demi bisa memotret merapi, Pak Bambang mencarikan tangga. Gue pun naik ke anak tangga paling atas dan kemudian sibuk memotret
Gue kembali ke dalam hotel. Naik lift menuju lantai 3. Keluar dari lift, gue iseng buka jendela lantai tiga hotel Santika yang menuju ke balkon luar. Dan kembali gue sibuk memotret
Burung gereja terbang ke
Setelah puas memotret burung gereja , gue kembali ke kamar. Ternyata mbak Elvi sudah rapi. Gue pun segera mandi. Tadi keluar kamar bentar itu gue belom mandi ha..ha..ha…
Setelah rapi, gue dan mbak Elvi menuju rumah salah seorang teman untuk mengantarkan printer yang gue pinjam. Sedari
Melihat ke salah satu papan nama yang dipasang di gerbang depan, ternyata komplek pemandian sultan ini pernah dipugar pada tahun 2004 dengan dukungan dari Caluosie Gulbenkian Foundation
Komplek Taman Sari ini cukup bersih dan terawat. Air kolam pemandian pun bersih dan bening. Bangunan tua ini masih tampak kokoh. Di bagian belakang komplek ini terdapat sebuh rumah kecil yang dijadikan galeri lukisan. Ketika gue menyambangi galeri ini, seorang ibu sedang duduk di depan galeri sambil membuat sebuah lukisan. Melongok ke dalam galeri, lukisannya bagus – bagus. Namun harganya juga rumayan. Mahal euy. Gue jadi gak beli. Lagian juga repot bawa pulangnya. Beli gak pake bingkai juga bisa, tapi
Perjalanan pun dilanjutkan menyusuri rumah warga. Katanya dulu kawasan ini adalah taman bunga. Setelah melewati perumahan warga, sampailah gue di sebuah benteng yang hampir dari setengah bangunannya sudah runtuh. Kata sang pemandu wisata, dari atas benteng ini bisa melihat
Benar saja, tiba di bagian atas benteng,
Keluar dari komplek Taman Sari, gue dan mbak Elvi pun menuju ke Malioboro naik becak. Tujuan uama apalagi kalo bukan Mirota batik, di depan pasar Bringharjo ha….ha…shopping time…………………….
Setelah selesai berbelanja sedikit barang di Mirota Batik, gue dan mbak Elvi kembali ke hotel. Mbak Elvi siap – siap untuk pulang karena jadwal kepulangannya adalah pukul 16.05 sudah lepas landas. Sedangkan jadwal kepulangan gue ditiket masih agak lama yaitu dipukul 19.55. Mbak Elvi pun pulang duluan meninggalkan gue. Hiks..
Pukul tiga kurang sedikit gue turun ke bawah untuk ketemu sama mas Bambang. Rada bĂȘte karena gue harus nunggu dia untuk ambil kwitansi yang gue perlukan. I hate waiting. Kalo bukan karena gue butuh kwitansi itu, ogah deh yang namanya nunggu. Hiks.
Setelah membayar semua pembayaran yang harus diselesaikan secara tunai, gue pun ngomel ke mas Bambang karena harus nunggu dia gue jadi gak bisa go show pesawat yang pukul 16.05. Mas Bambang pun berkomentar kenapa gak bilang dari tadi mau pulang cepet. Dia pun minta tiket gue, dan kemudian telpon seseorang. Gue gak tau siapa yang dihubungi oleh mas Bambang.
Selesai telpon, mas Bambang bilang cepetan ke bandara. Pesawat pukul 16.05 masih ada. Gue kagak percaya secara udah pukul 15.30. Gak mungkin banget. Ditambah gue bawa bagasi dua. Tapi akhirnya gue nurut juga untuk coba go show pesawat pukul 16.05.
Gue berangkat ke bandara pukul 15.35 dengan diantar mobil hotel. Dan pukul 16.00 gue tiba di bandara. Gue langsung menghubungi seseorang sesuai dengan kata mas Bambang tadi di hotel. And you know what, pukul 16.05 gue pun mengantongi boarding pass atas nama gue. Amazing. Setelah itu gue kembali ke counter check in untuk tarok bagasi yang berjumlah dua buah. Urusan barang selesai gue pun lari ke pintu waiting room. Bayar airport tax, gue lari keluar gate 1 menuju pesawat yang parkir agak pinggir dikit. Petugas yang berjaga di tangga pesawat senyum – senyum ngeliat gue lari menuju pesawat dengan agak susah payah. Bagaimana gue bisa lari kenceng, secara dipunggung bawa laptop. Selain itu juga gue bawa tas kecil yang dicangklongkan ke badan. Dan ditangan kiri pun gue menenteng infocus kantor yang rumayan berat. Hiks banget. Akhirnya dengan bersusah payah gue sampe juga dipesawat. Guelah orang terakhir yang naik pesawat. He..he..yihaaaaaaaaaaa orang yang terakhir check in, dapet duduk di deket jendela. Senangnya hatiku. Satu yang terbayang oleh gue, gue bisa foto dari atas langit secara kamera kantor yang rada kerenan dikit ada di tas gue. Ketika mau duduk, pramugara pun berkomentar kok lama amat mbak. Jadi malu aku he..he..
Akhirnya pesawat pun lepas landas dipukul 16.20. Gue pulang tanpa mengabari satu orang pun keluarga gue. Biasanya sebelum take off atau pun ketika boarding, gue selalu lapor sama bokap, and nyokap gue. Tapi kali ini tidak. Ortu gue taunya gue pulang pukul 19.55 dari Yogya. Tante gue pun yang kebetulan ada di Yogya juga enggak gue kabari. Dia taunya gue pulang pukul 19.55 he..he..
Sebelum duduk, gue mencari – cari sosok mbak Elvi, temen kantor yang tadi ninggalin gue di hotel. Gue yakin dia pasti kaget akhirnya gue bisa satu pesawat sama dia ha…ha..Gue pun duduk manis di nomor bangku 14F hingga selesai take off.
Cuaca sangat berawan. Pesawat pun mengudara di atas awan. Sesampainya di atas, gue takjub melihat puncak merapi yang tampak begitu jelas menjulang tinggi. Gue dengan sigap mengeluarkan kamera he..he..Seperti gue katakan ketika tadi di benteng komplek Taman Sari, karena cuaca sangat berawan gue jadi gak bisa liat puncak merapi. Tapi dari peswat sepertiga dari gunung merapi terlihat sangat jelas. Subhanallah.
Setelah selesai memotret gunung merapi dan juga menghabiskan roti yang disuguhkan oleh pramugari, gue ke toilet. Ternyata mbak Elvi ada di nomor 21A. Mbak Elvi tidur dengan nyenyak. Keluar dari toilet, mbak Elvi masih aja tidur. Gue minta tolong bapak – bapak yang duduk disamping mak Elvi untuk colek mbak Elvi. Mbak Elvi pun terjaga. Dia kaget liat gue. Gue pun tersenyum dan kembali ke kursi gue. Gue yakin dia pasti kaget. Bangun tidur pula ha…………..ha….ha….
Gue turun pesawat bareng Mbak Elvi. Dia Tanya kenapa gue bisa satu pesawat sama dia. Dan gue pun menceritakan semuanya. It’s really amazing thing.
Inilah untuk kedua kalinya dalam hidup gue menjadi orang yang terakhir naek pesawat. Dulu di bulan Maret 2007 gue juga pernah mengalami hal seperti ini. Saat itu waktu gue mau pulang ke Bukittinggi karena nenek gue tercinta meninggal. Sedih.
Di bandara Soekaro Hatta sambil jalan menuju tempat pengambilan bagasi, gue telpon mas Bambang untuk bilang makasih karena gue sudah sampe di
Dari bandara Soekarno – Hatta, gue dan Mbak Elvi menuju ke kantor gue yang terletak di kawasan Thamrin. Tarok barang – barang kantor dulu. Untung ada yang lembur di hari Sabtu ini. Jadi gue masih bisa mampir bentar.
Pulang dari tarok barang di Kantor dan ke kosan gue sebentar untuk tarok koper, gue dan Mbak Elvi menuju sate