Monday, June 30, 2008

HIKMAH HIDUP

Cerita itu sudah berganti

Dengan lembar yang baru

Masih putih dan bersih

Tiada noda, hanya putih

 

Kebersamaan itu sudah berlalu

Yang tersisa kesendirian

Bukan sepi dan sedih yang ku dapat

Namun sebuah hikmah besar dalam hidupku

 

Terima kasih ya  Allah

Atas semua yang telah ku lalui

Tak kan lagi ku mengeluh dan bertanya

Kenapa begini dan kenapa begitu

Karena sudah ku dapat semua jawabannya

Memang inilah yang terbaik yang harus ku lalui

Dan akupun semakin yakin

Engkau sangat sayang padaku

Terima kasih ya  Allah

 

Jakarta, 30 June 2008

Created by: Vidy

 

Wednesday, June 25, 2008

First time to Tanjung Pinang

Kali ini kota yang gue singgahi adalah Tanjung Pinang, ibukota propinsi Kepulauan Riau. Dan seperti biasa ini merupakan bagian dari tugas kantor he…he..Kota kesekian yang gue datengin karena tugas kantor. Berangkat dari Jakarta tanggal 9 Juni. Gue take off dari bandara Soekarno Hatta pukul setengah enam sore dengan menumpang salah satu pesawat perusahaan swasta. Gue pikir ini penerbangan bakal ada keterlambatan, tapi ternyata pas gue yang naek enggak ada tuh keterlambatan. GR banget ya gue he..he.. Penerbangan ke Tanjung Pinang ditempuh dalam waktu sekitar satu setengah jam.

Dalam perjalanan kali ini banyak banget hal – hal baru dan unik yang gue temui. Mulai dari minuman, makanan dan juga tentang sejarah dan budaya. Bener – bener perjalanan yang menambah ilmu deh he..he.. (sok iye banget )

9 Juni 2008, Gue sampe di Tanjung Pinang sekitar pukul tujuh malam. Langsung makan malam di salah satu restoran bernuansa china di tepi muara sungai (tapi gue lupa apa nama resto dan sungai itu he..he..). Ada yang unik ketika memesan makanan. Salah satu mitra  lokal memesan minuman dengan sebutan air kaleng. Selain menyebutkan air kaleng, dia juga menyebutkan merek – merek minuman yang langka di telinga  gue, kayak gogo, air cincau, sarang burung,  dan masih banyak lagi.

Pelayan restoran menyajikan minuman ke meja tempat kami makan, barulah gue mengerti apa yang di maksud dengan air kaleng tersebut he..he..Norak deh gue. ternyata yang dimaksud dengan air kaleng yaitu minuman kaleng seperti coca cola he..he..he.. Namun ada beberapa minuman yang tidak akrab di telingaku seperti gogo, air cincau, sarang burung dan beberapa merek lagi. Gue minum orange juice. Namun yang pasti sebagian besar dari minuman ini tidak ada yang  made in Indonesia he..he..he..yang gue minum pun bukan made in Indonesia. Sebagian besar minuman impor dari Malaysia, Singapura dan Thailand. Secara gitu ya ini kota lebih deket ama tiga Negara tersebut dibanding sama Jakarta.

Keterkejutan gue pun berlanjut ketika pelayan menyajikan makanan yang di pesan. Ada satu menu yang sangat asing buat gue diletakan di atas meja. Gong – gong. Begitu biasanya masyarakat Tanjung Pinang menyebutnya. Kalo bahasa indonesianya gong – gong itu sama dengan siput laut. Karena bentuk gong - gong sama persis dengan bekicot, gue pikir itu bekicot yang biasa nongol waktu hari sedang hujan he..he..

Makan malam pun dimulai. Selain gong – gong, menu lain yang disajikan yaitu rajungan asam pedas, cumi bakar, plecing kangkung dan juga sop ikan bawal. Bener – bener membangkitkan selera makan gue (selain gong – gong). Untuk sementara program diet dilupakan ha..ha..ha..Dan gue pun mulai menyantap makan malam gue Hm….hm…hm… lezat. Apalagi rajungannnya. Nikmat banget.

Gong – gong enggak gue icip sedikit pun. Sampe gue diingetin sama temen – temen kalo gue harus coba itu namanya gong – gong karena gue enggak akan nemu menu makanan itu di Jakarta. Mereka makan gong – gong dengan lahap sekali. Tapi di hati gue masih ragu untuk makan itu. Gue bimbang hik..hik..Akhirnya  gue nanya deh sama bang Adi, temen kantor yang juga ikut ke Tanjung Pinang bareng gue. Untung dia duduk di sebelah gue he..he..he..Dengan sedikit berbisik gue nanya itu makanan halal atau kagak. karena takut gak enak hati sama mitra lokal. Bang Adi ketawa denger gue nanya itu. Dan dia pun bilang kalo gong – gong itu halal. Kalo gak halal kan gak mungkin dipesen secara pada muslim he..he..Duh malunya gue. Kenapa gue gak mikir ke situ ye….(capek deeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh).

Gue pun mengambil satu cangkang gong – gong tersebut. Satu gong – gong pun habis setelah mengikuti instruksi dari bang Adi tentang cara makan gong – gong. Dan kemudian satu lagi..lagi dan lagi he..he..enak banget. Apalagi dicocol pake sambel.hm..hm…pokoknya lezat deh. Setelah makan malam, rombongan gue menuju ke hotel untuk istirahat. Duh capeknya hari ini.

10 Juni 2008, keesokan harinya, sebelum acara dimulai setelah jam makan siang, gue diajak makan di sebuah restoran padang. Makanannya seh kagak ada yang istimewa buat gue. Secara gitu ye dari kecil gue dicekokin menu masakan padang sama nyokap gue he..he..Satu hal yang menarik yaitu tempat untuk cuci tangan alias Kobokan. Kobokan yang biasa dipake untuk cuci tangan di sana beda banget. Kobokannya di buat dari alumunium. Bentuknnya seperti panci seukuran rantang sedang. Panci ditutup dengan lapisan tipis yang berlubang. Di atas penutup panci di letakkan sebuah teko model zaman dulu kala. Warna dasar teko, tutup panci dan panci sama yaitu warna dasar perak. Jadi setiap akan mencuci tangan maka cuci tangan di atas panci tersebut dengan air yang ada di teko. Padahal tadinya gue berpikir itu air yang di teko untuk minum ha…ha..ha..ha..ha..

Dan satu lagi keunikan yang gue temukan. Sore hari gue dan rombongan mampir ke Pulau Penyengat. Pulau ini terletak sekitar 20 menit dengan kapal nelayan dari sebuah pelabuhan kecil di deket pasar. Di pulau ini terdapat beberapa situs cagar budaya yang dilindungi oleh negara. Lokasi bangunan dan benda cagar budaya berdasarkan peta potensi cagar budaya yang di pasang di depan Balai adat,

1.       Mesjid Raya Sultan Riau

2.       Makam Raja Hamidah

3.       Makam Raja Aji Haji

4.       Makam Raja Abdurrahman

5.       Makam Raja Jaafar

6.       Gedung Tengku Bilik

7.       Makam Raja Haji Fisabilillah

8.       Istana Raja Ali (Marhum kantor)

9.       Benteng bukit kursi

10.   Balai adat

11.   Makam Embung Fatimah

12.   Sumur Puteri

Dari sekian banyak lokasi petensi wisata tersebut, gue cuma sempet mampir ke beberapa tempat doang.

Namun satu hal yang menarik bagi gue. Penanda bagian atas dan bawah kuburan ditutup dengan kain. Sebagain besar dengan kain bewarna putih. Menurut abang becak yang mengantarkan gue dan rombongan keliling pulau Penyengat, kain yang diikatkan pada penanda makam tersebut merupakan tanda bahwa makam tersebut dirawat oleh keluarga yang masih hidup.

Ada satu makam yang sangat dirawat diantara makam – makam di pulau penyengat, yaitu makam Raja Hamidah – Engku Puteri, pemegang regalia kerajaan. Makam tersebut terletak di dalam rumah yang ada di dalam komplek makam raja Ali Haji. Makam dihias dengan kelambu bewarna kuning. Dan penanda kain di bagian atas dan bawah lebih besar dibandingkan dengan makam – makam lain.

Di sekeliling dinding disekitar makam diukir dengan gurindam, mulai dari gurindam satu hingga gurindam dua belas. Ada yang tau apa itu Gurindam? Ini dia salah satunya he..he..

Mesjid Raya Sultan Riau merupakan tempat terakhir yang gue kunjungi di pulau Penyengat karena letaknya sangat dekat dengan tempar bersandarnya kapal yang akan membawa gue kembali ke kota Tanjung Pinang.

Dan terakhir tidak lupa gue untuk mengabadikan sunset dari kapal. So beautiful.

11 Juni 2008 tepat jam tujuh pagi, pesawat yang gue tumpangi take off menuju Jakarta. Back to work!!!!!!!hiks....