Tuesday, March 24, 2009

Workshop Penyempurnaan Konsep Strategi Nasional UNCAC

Hm..hm…beberapa tahun mengurus kegiatan seperti EO untuk sebuah FGD, workshop, training, konsultasi publik dan lain-lain, hari ini (24/03/09) gue dengerin bapak-bapak dan ibu-ibu ini mengoceh tentang materi workshop saat ini yaitu finalisasi strategi nasional UNCAC.

 

Workshop dimulai dari tadi malem dan pagi ini gue marah banget sama pihak hotel. Berkali-kali gue ngadain acara baru sekarang yang kacau banget. Hiks banget seh. Mana undangan gue petinggi-petinggi pula.  Aduh kenapa juga harus saat ini. Kesel deh aku. Gue kena komplain mulai dari ketika peserta check in sore kemarin hingga meeting tadi pagi yang sound systemnya gak nyala (yang gue rasa hotel ini mengalami kualitas pelayanan, in the other hand I pay more expensive for the good services. Hiks). Pelayanan yang gak oke ini membuat gue memutuskan untuk mantengin ruangan seharian. Gue gak mau kecolongan lagi kalo ninggalin ruangan.  Padahal honor dan transport bapak-bapak dan ibu-ibu ini belumlah gue masukin ke amplop. Fuih, kebayang ntar malem bakal begadang sampe jam dua pagi untuk ngerjain itu semua. Chaiyoooooooooooooooooooooooo!

 

Hingga Setengah jam setelah makan siang, bapak-bapak dan ibu-ibu ini masih saja berdebat tentang kelembagaan  seperti apakah yang cocok untuk implementasi UNCAC ini. Padahal isu ini sejak tadi malam diperdebatkan. Beberapa model kelembagaan pun ditawarkan seperti   model komite, di bawah KPK, di samping KPK dan forum interagency di bawah presiden. Lengkap dengan plus dan minusnya untuk setiap model. Namun isu ini pun tidak final.

 

Belum selesai membahas tentang kelembagaan ini, sekarang pembahasan beralih kepada pasal-pasal yang ada di UNCAC. Satu persatu pasal dibahas mempertimbangkan masukan-masukan yang sudah ada dari pemerintah dan juga CSO.

 

Hm..hm…beberapa pasal memiliki dampak krusial, berdebat dan berdebat. Lagi..lagi..dan lagi….

 

Fuih!

Sunday, March 15, 2009

BACKPACK TO MKS: From Fort Rotterdam to Hassanuddin’s Grave

Hari ini (07/03/09) adalah hari pertama jalan-jalan di kota Makassar. Sesuai rencana jadwal hari ini adalah daerah wisata di sekitar kota Makassar, Gowa dan jika masih sempet berakhir di Malino.

Pagi hari sarapan bubur ayam sambil duduk di pinggir pantai Losari, merhatiin dua nelayan nangkep kepiting. Wajah mereka dibalut seperti mumi.Lucu. he..he..

Bubur ayam yang gue makan ini enak dan rame banget. Letaknya di salah satu sudut toko di seberang pantai Losari. Satu yang gue kesel banget di Makassar, yaitu susah banget buat nyebrang. Motor dan mobil ngebut semua. Kadang lambaian tangan pun diabaikan. Bete.

Selesai makan, gue, Heidy dan Nana mengunjungi Fort Rotterdam yang terletak di jalan Ujung Pandang. Masuknya enggak bayar, cuma kudu kasih uang sukarela ke satpam yang jaga. Sama aja bayar yak? Hehehe..Seperti biasa berkeliling benteng, dari satu gedung ke gedung lainnya. Tidak lupa sesi foto-foto.

Di dalam komplek ini terdapat dua gedung yang di buka untuk umum yaitu museum   La Galigo dan satu museum lagi yang gue gak tau apa namanya. Di dalam museum yang gak gue ketahui namanya ini disimpan barang-barang peninggalan seperti meriam, bata yang disusun guna pembuatan Fort Rotterdam, baju rantai, miniatur Fort Rotterdam dan lain-lain.

Selesai dari Fort Rotterdam, mobil yang disewa pun datang menjemput. Tujuan berikutnya adalah makam pahlawan nasional Pangeran Diponegoro. Komplek pemakaman ini merupakan pemakaman keluarga. Makam yang paling besar adalah pemakaman Pangeran Diponegoro dan Istrinya R. A. Ratu Ratna Ningsih.

Selesai dari Makam Pangeran Diponegoro, perjalanan wisata dilanjutkan ke monument Mandala. Sayang tidak bisa masuk ke dalam monument. Jadi cuma liat dan foto-foto di luar monument sambil liat orang-orang yang lagi nyiapin panggung di halaman monument. Katanya seh ntar malem ada pagelaran musik.

 Berikutnya adalah Pelabuhan Paotere. Sempet nyasar ke tempat pelelangan ikan.he..he..tapi akhirnya nemu juga pelabuhan yang cukup terkenal di Makassar ini. Melihat kapal-kapal Phinisi. Namun sayang layarnya tidak terkembang. Ada kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang. Turun dari mobil, Heidy sibuk foto-foto kapal. Tidak lupa gue dan Nana bergaya dan tentunya juga difoto ampe diliatin sama ABK kapal yang lagi istirahat. Girl power banget secara cewek-cewek semua hehehehe.

Selesai dari Pelabuhan Paotere kemudian makan siang dulu di rumah makan Lae-lae. Perut kenyang, tempat wisata selanjutnya yang dikunjungi adalah benteng Somba Opu di daerah Gowa. Sekali lagi, foto-foto tentunya. Sayang, di kawasan ini sedang ada perkemahan anak sekolah. Keliling bentar liat-liat dari mobil. Berhubung rame banget, gue, Heidy, dan Nana lebih banyak foto-foto di rumah contoh rumah adat Tana Toraja. Rumah yang unik.

Dari benteng Somba Opu, mobil dipacu ke arah Museum Balla Lompoa, Istana raja Gowa zaman dahulu kala. Bapak penjaga istana sangat baik memperbolehkan kami untuk masuk ke dalam. Ada tempat makan dan pertemua raja. Banyak sekali barang-barang zaman aktifnya kerajaan yang disimpan di sini. Di salah satu kamar di belakang istana terdapat sebuah ruangan tempak penyimpanan barang-barang berharga milik kerajaan yaitu berupa mahkota kerajaan Gowa yang disebut Salokoa. Salokoa ini terbuat dari emas murni yang bertaburan permata. Beratnya 1768 gr. Salokoa hanya digunakan ketika penobatan raja.

Di lemari sekitar mahkota terdapat al-quran zaman dahulu. Selain keramik-keramik zaman dahulu, juga ada perhiasan-perhiasan yang semuanya dari emas murni. Yang membuat gue sangat takjub adalah bapak penjaga istana ini hanya mengunci ruangan tersebut seperti mengunci rumah biasa. Tanpa ada pengaman lain. Gue jadi kebayang, andaikan mahkota ataupun salah satu perhiasan ini dicuri, bisa kaya mendadak si pencuri. He..he..he..

Keluar dari Balla Lompoa, mobil dipacu ke makam Sultan Hasanuddin. Salah satu Sultan Gowa yang terkenal. Yang turun Cuma gue dan heidy. Nana ogah turun. Bilangnya seh males. Udah sore malah ke makam. He..he..Di dalam komplek makam ini terdapat beberapa makam yang salah satunya adalah makam Sultan Hasanuddin. Jika melihat bentuk makam-makam ini, sangat terlihat bahwa makam ini adalah ciri khas dari zaman megalithikum dimana banyak mempergunakan batu-batu berukuran besar yang ditumpuk-tumpuk.

Usai dari  makam, tujuan berikutnya adalah Malino. Semoga aja masih ke buru. Mengingat udah sore dan untuk ke Malino membutuhkan waktu sekitar satu jam dari Gowa. Tidak jauh dari makam Sultan hasanuddin, terdapat mesjid tua yang dinamakan Mesjid Katangka dan juga Mesjid Syehk Yusuf.

Akhirnya mobil belok ke jalan arah Malino. Namun jalanan sangat jelek sekali. Lubang, baik di tengah ataupun tepi jalan, sangat besar-besar. Di beberapa lubang tegenang oleh air. Berhubung gue pengen banget pipis, akhirnya mampir dulu di pom bensin. Heidy pun nanya sama bapak-bapak yang ada di pom bensin, berapa jauh lagi jalan jelek seperti jalan ini. Dan si bapak pun menjawab jalanan jelek seperti ini hingga ke Dam Bili-bili yang sekitar 15 KM dari pom bensin. Akan tetapi setelah Dam Bili-bili jalanan sudah mulus. Hm..hm..15 KM? Kurang jauh aja kan. Akhirnya mobil diputer balik ke arah Makassar. Pulang.

Malem harinya Heidy tepar. Tidur dari jam 8 malem sampe pagi. Kecapekan. Rencana wisata di malam hari pun dibatalkan. Apa cobaaaaaaa?  he..he..he..

BACKPACK TO MKS: KEBERANGKATAN

Dua minggu sebelum keberangkatan, tiket Batavia (PP) di-issued  Rp. 834.000/orang. Harga paling murah untuk perjalanan ketika long weekend.  Berangkat hari Jumat tanggal 6 Maret 2009, kembali ke Jakarta hari Senin tanggal 9 Maret 2009. Yup, 9 Maret 2009 adalah libur nasional. Untuk penginapan udah aman karena akan numpang di kosan Nana.

Berhubung tiket murah, jadwal take off pukul 22:45 dari bandara Soekarno-Hatta. Serasa mau ke papua aja gue hehehe…Ketika baru issued,gue  agak bĂȘte liat jadwal. Namun beberapa hari setelah itu, gue bersyukur karena FGD yang sedianya dilaksanakan tanggal 5 Maret, diundur jadi tanggal 6 Maret. Ini artinya gue kudu stand by sampe sore di kantor. Tadinya kalo dapet pesawat sore pukul empat, gue mau izin pulang cepet ke si bos. Chaiyo deh. Bekerja yang giat dulu, baru kemudian bersenang-senang.

 FGD baru selesai sore. Beberes, gue baru cabut dari kantor pukul setengah 6 sore. Nebeng mobil mbak Dwi sampe Plaza Semanggi. Beli titipan Nana dulu sebuah burger dan kudu buatan Burger King. Secara Burger King adalah barang langka yang belum mungkin di dapat di Makassar saat ini. Demi Nana, gue pun mampir dulu buat beli titipan dia, Burger mushroom with blackpepper sauce. Heidy juga titip beli buat sarapan malam. Jadilah gue beli empat burger king heheheh..

Kapan seh Jakarta bebas dari macet, apalagi kalo yang namanya long weekend? Jangan harap bakal cepet kemana-mana. Sebel banget gue. Duh pak gubernur, mana neh janjinya. Tetep aja Jakarta ini macetnya nauzubillah.  Hiks.

Pulang dari Plaza Semanggi, gue buru-buru beberes baju. Mandi, sholat. Liat jam membuat gue harus muter otak bagaimana caranya secepat mungkin sampe X-Trans yang mangkal di kartika Chandra.  Untuk antisipasi macet, Heidy udah booking x-trans ke Bandara pukul 8 teng. Gue liat jam jadi Panik. Jam di tangan gue menunjukkan waktu setengah delapan malam. Mampus deh. Waktu terus berjalan. Tadi gue liat jalan Sudirman macetnya nauzubillah. Jalur cepet dan jalur lambat ke arah Blok M dan Gatot Soebroto macet total. Gue gak mungkin naek taksi.  Whuaaaaaaaaaaaaaa, dengan ransel di punggung dan burger king di tangan kanan, gue bergegas turun dari lantai lima kosan gue yang terletak di Setiabudi. Keluar dari pintu kosan untung ada ojek langganan gue yang mangkal. Gue pun langsung naek ke atas jok belakang.  

Tancap gas dengan naek ojek melintasi jalan sudirman yang macet total ke arah Kartika Chandra di Jalan Gatot Soebroto.  Rada ngeri juga gue naek ojek. Si bapak ngebut di antara bus, mobil dan motor laen yang berjubel. But I have no choice. Hanya ini jalan tercepat menuju Semanggi pada saat macet begini. Belok ke jalan Gatot Soebroto, macetnya gak kalah hebat dibanding jalan Sudirman. Ampun deh gue. Perjuangan banget mau jalan-jalan doang. Liburan oh liburan. Kok mengerikan sekali perjalanan yang harus gue lalui.

Jam delapan kurang gue sampe di X-Trans. Tiket udah ditalangin sama Heidy. Gue pun jujur sama Heidy kalo tadi gue gak sempet ke ATM jadi di dompet cuma pegang uang seratus ribu lebih dikit. Heidy pun mengaku hal yang sama, abis bayar tiket uang di dompet dia cuma tinggal seratus ribu. Cukuplah untuk sampe di kosan Nana di Makassar. Begitu katanya. Samanya! wkwkwkwk

Pukul delapan lebih mobil x-trans berangkat dari Kartika Chandra ke arah bandara Soekarno-Hatta. Tidak lupa gue sms nyokap bokap pamit jalan-jalan ke Makassar. Sampe di Bandara check in kemudian berjalan gontai ke arah ruang tunggu. Bandara sepi (Ya iyalah secara tengah malem). Pesawat pun sedikit delay dari skedul seharusnya.  

Ketika mau masuk ke dalam  pesawat, ngantrinya kayak ngantri sembako. Gue dan Heidy tetep aja duduk sampe udah rada sepi. Toh kami berdua dapet duduk di bagian belakang. Di nomor 21 E dan F. Ternyata di dalam pesawat masih aja ngantri. Ada beberapa penumpang yang masih ribet dengan barang bawaanya. Loker-loker yang tersedia di atas tempat duduk banyak yang penuh. Banyak penumpang yang sibuk cari loker kosong buat tarok barang. Termasuk ibu yang duduk di sebelah gue 21 D. Sebel gue tiap mengingat ini.

Ibu-ibu ini berangkat beserta rombongan dengan bawaan yang sangat banyak. Setelah gue dan Heidy duduk, ibu satu ini masih ribet dengan bawaannya. Gue yang berniat tarok barang di loker atas, jadi urung. Jadilah ransel gue tarok di kolong kursi depan gue. Begitu juga dengan Heidy. Yang bikin gue sebel banget, ibu-ibu di sebelah gue barangnya banyak banget. Beberapa barang sudah ditarok di loker atas. Sebuah kardus gede di tarok di kaki. Di atas kardus si ibu-ibu narok tas lagi. Kemudian ibu ini masih pegang tas di pangkuannya. Edan. Kalo ini pesawat kenapa-kenapa, mampuslah gue susah untuk keluar. Udah gitu, selama perjalanan ke Makassar, duduknya gak mau diem. Sebel. Heidy tidur dengan nyenyak di sebelah gue. Whuaaaaaaaaaaaaaaa…

Sekitar pukul dua dini hari waktu Indonesia bagian tengah, pesawat Batavia yang gue tumpangi mendarat dengan selamat di Bandara Hasanuddin Makassar. Masuk dan keluar sama aja ribetnya buat ibu-ibu yang disebelah gue. Sangat jelas pramugari bilang kalo semua penumpang, termasuk yang transit, kudu keluar dari pesawat karena akan ada pengecekan pesawat. Eeeh ibu ini beserta dengan rombongan dan beberapa penumpang lain yang hendak ke Manokwari ogah keluar dengan alasan kenapa harus keluar toh nanti juga pake pesawat ini lagi. Giliran kenapa-kenapa ntar di tengah jalan baru deh tau rasa. Suka gak masuk logika gue orang-orang kayak gini. Padahal semua itu kan untuk keselamatan mereka juga.

Gue keluar dari pesawat langsung menuju tempat penyewaan taksi menuju . Masuk taksi, gue dengan sotoinya bilang ke pak sopir untuk ke jalan Cendrawasih deket stadion Matto Angin. Walaupun ini bukanlah kedatangan pertama gue ke Makassar, tapi gue belom pernah ke daerah jalan Cendrawasih ini. Dini hari pula.

Akhirnya pukul tiga kurang gue sampe di kosan Nana. He..he..Nana belom tidur nungguin gue dan Heidy. Terima kasih teman.   

Tuesday, March 3, 2009

BACKPACKING TO MKS: PREPARATION

Hm..hm..dua bulan yang lalu ceritanya pengen backpacking ke Yogya bareng Heidy. Berhubung gue gak punya tas ransel, jadilah gue bawa tas kecil yang ditenteng. Gue dan Heidy janjian ketemu langsung di Stasiun Gambir. Heidy kaget ketika  melihat gue gak bawa ransel. Dan gue pun bilang kalo gue udah kontak marketing kenalan gue dan udah reservasi kamar hotel juga yang twin sharing.

 

"Ini mah bukan backpacker-an," Heidy nyeletuk.

 

 Mau gimana lagi coba secara gue gak punya tas ransel yang bisa di bawa buat pergi 2 hari 3 hari. dan kamar hotel pun memanfaatkan voucher yang gue dapet. daripada sayang gak dipake hhihi.

Minggu ini kembali dengan niat yang sama seperti awal Januari 2009, pengen jalan-jalan tapi backpacking. Gue jadi sedikit terobsesi untuk jalan2 ala backpacking secara selama ini gak hehehe. Semoga gak telat yach. Mumpung belom nikah, dipuas-puasin deh jalan-jalan (ini adalah saran ibu-ibu ceriwis yang dulu selalu menemani makan siang gue. Kota yang dituju kali ini adalah Makassar. Actually, this is not my first travel to this city.


Persiapan pun udah dimulai (saking niatnya neh ya), yaitu:

 

  1. Jumat, 20 Feb 2009, siang hari gue cari informasi apakah Nana dan Defi, cowoknya, punya acara pas di longweekend. Jawaban Defi mereka belum punya acara.
  2. Jumat, 20 feb 2009 di malam hari , Nana confirm siap menampung gue dan Heidy selama di MKS. Senangnya hatiku, penginapan gratis selama di MKS.
  3. Senin, 23 Feb 2009 pagi-pagi gue dan Heidy riweuh. Di tengah-tengah pekerjaan yang bejibun, kita  sama-sama cari tiket melalui agen travel kami masing-masing. Berpacu dengan waktu siapa yang bisa dapetin tiket murah ke MKS. Kemudian tiket PP diissued oleh Heidy atas nama gue dan Heidy untuk keberangaktan hari Jumat, 6 Maret 2009 dan kepulangan hari senin tanggal 9 Maret 2009.
  4. Kamis, 26 Feb 2009, gue browsing lokasi-lokasi wisata yang mungkin dikunjungi kemudian gue email deh ke Nana, Heidy dan Defi.
  5. Sabtu, 28 Feb 2009, kebetulan lagi di Bandung dan ada yang temenin buat jalan- jalan yaitu Annisa, adek gue tercinta. Ngiter-ngiter BIP, akhirya gue beli tas ransel sekalian sendal juga.

Hm..hm..niat banget gak seh? Apalagi yach yang kurang heheheh