Friday, January 30, 2009

BAKMI JOGJA "PRAPANCA"

Siang ini (30/01/09), seperti biasa, gue makan siang bareng sama ibu-ibu kantor, mbak Inda, mbak Ade, mbak Wulan, mbak Tatak, dan mbak Nina. Seperti biasa mobil mbak Ade selalu setia mengantar ke mana pun kaki melangkah. Thank you ya mbak Ade atas tumpangan mobilnya dan setia untuk menjadi driver kemana pun tujuan makan siang kita he..he..

Seperti telah diputuskan lewat email (hanya untuk makan siang doang email-email-annya udah dari jam sepuluh pagi lho), tujuan makan siang kali ini adalah Bakmi Jogja "Prapanca" di jalan Darmawangsa Raya no 10C, yang notabene deket kantor gue.

Bakmi Jogja ini sangat bernuasa jawa sekali. Ini bisa terlihat dari desain tempat duduk, lampu, gerobak dan lain-lain. Nice place to have your lunch. Menu yang ditawarkan bermacam-macam. Selain bakmi rebus, ada nasi goreng magelangan, bakso, mie ayam dan lain - lain. Minuman pun bervariasi, ada wedang ronde, teh poci, es teh manis dan lain - lain. 

Gue pesen bakmi rebus. Hm..hm.. enak. Bumbunya berasa. Gue juga coba icip bakmi goreng yang dipesen oleh mbak Wulan. ini juga enak.

 

Bagi yang kebetulan maen ke daerah Darmawangsa, Bakmi Jogja Prapanca ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk makan. Lokasinya gampang. pas banget di sebelah Harvest. Dan dari Darmawangsa Square juga deket banget.  

Sunday, January 4, 2009

TRIP TO BANDUNG – 2ND PART, FINALLY VISITED THE SOUTH OF BANDUNG

 

Hari ini (28/12/08), rencana kembali berubah – ubah. Perjalanan ke Bandung kali ini memang gak well planning banget deh.  Dari kemaren itu tarik ulur apakah akan ke Ciwidey atau gak hari ini. Pagi ini akhirnya diputuskan untuk tetap ke Ciwidey setelah mobil dipastikan bisa didapatkan.

Sebenernya sedikit malu juga gue kalo harus mengungkapkan ini semua. Tapi demi eksistensi dunia tulis menulis gue, dan juga berbagi pengalaman dengan sesama, gak apa – apa deh malu dikit. Toh, lebih baik terlambat daripada enggak sama sekali. He.he.he..(mencari pembenaran banget deh)  Hampir tiga tahun belakangan ini gue selalu bolak balik Bogor-Bandung atau Jakarta-Bandung.  Sebelum itu, selama empat tahun gue tinggal di Bandung. Apalagi alasannya kalo bukan karena kuliah. But I’ve never been visited the South of Bandung. Yup, I’ve never been to Ciwidey (Kawah Putih and Situ Pantengan). Hiks banget deh. The place that was lately very popular due to the strawberry.

Perjalanan pun dimulai dari pukul sebelas. Laper. Sebelum masuk tol Pasteur, mampir dulu di rumah makan Simpang Raya. Setelah makan, isi bensin, kemudian perjalanan pun dilanjutkan. Sekali lagi gue jadi bahan becandaan Azwar dan Heidy. Hari gini belom pernah ke Ciwidey. Begitu kata mereka. Rese banget deh. Hiks…

Perkiraan awal perjalanan hanya akan menghabiskan waktu dua jam. And you know what, macet total. Udah jalan kecil (namanya juga ke gunung ya, mana ada jalan yang lebar kayak di tol), tapi mobil yang lewat adalah bus – bus pariwisata yang berbadan lebar. Akhrinya perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu dua jam, malah jadi lebih dari tiga jam. Menyebalkan banget.

Memasuki kawasan wisata Ciwidey, sebuah spanduk dipasang dengan bertuliskan selamat datang.  Heidy pun nyeletuk welcome to the south, Vid. Azwar ketawa. gue pun pasang muka bête. Sesuai fakta yang ada, memang guelah satu – satunya yang belom pernah ke kawasan ini. Heidy n Azwar udah pernah waktu zaman kuliah katanya. Sebel deh aku. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ungkapan ini sangat menenangkan jiwa gue saat itu. He..he..  

Kembali kesialan menghampiri. Untuk memasuki gerbang Kawah Putih macet total. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga lebih. Akhirny diputuskan untuk mengunjungi Situ Patengan terlebih dahulu. Untuk sampai ke Situ Patengan, Terlebih dahulu harus melewati pemandian air panas Cimanggu. Selain itu, kebun Teh Ciwalini menghampar sepanjang perjalanan menuju Situ Patengan. Subhanallah, seperti permadani hidup. Seger banget mata liat yang hijau – hijau.

Akhirnya tiba juga di Situ Patengan. Keren banget. Airnya tenang. Pemandangannya indah. Selain perahu bebek, juga ada kapal – kapal kecil yang disewakan untuk pengunjung mengelilingi Situ. Di sisi lain Situ, kata bapak – bapak yang menyewakan kapal terdapat batu cinta. Sebenarnya untuk sampai ke batu cinta ini bisa menyusuri pinggiran situ, namun agak jauh karena harus memutari situ, menyusuri jalan antara kebun the Wallini dan tepi Situ Patengan.  Di tengah – tengah Situ terdapat sebuah pulau kecil. Namanya pulau Kelinci. Sekali lagi kata bapak – bapak yang menyewakan kapal, Dulu pulau tersebut dihuni oleh kelinci, namun sekarang kelinci – kelinci tersebut pada mati, kemudian diganti dengan dua ekor kera.

Gue, Heidy dan Azwar pun coba naek perahu kecil mengelilingi situ. Sebenernya seh, gue rada takut naek kapal kecil itu, secara gue kagak bisa berenang hiks..kalo kenapa-kenapa mampuslah gue. Tapi Heidy meyakinkan gue, gak akan seperti itu he..he..

Tarif untuk naik perahu tersebut hanya Rp. 10.000 rupiah. Jikalau berhenti terlebih dahulu ditempat batu cinta, maka tarifnya naik menjadi Rp. 15.000 perorang.

Batu Cinta. Mendengar namanya saja membuat gue bertanya-tanya apa yang terjadi sehingga batu tersebut dinamakan batu cinta. And you know what, itu hanya batu besar biasa, tapi ditambahi dengan mitos masyarkata setempat. Begini bunyi mitos yang tertera di sebuah batu di depan batu cinta tersebut:

Batu Cinta

Di kaki gunung Patuha yang udaranya sejuk serta panorama alamnya yang indah, terbentang sebuah danau yang konon danau ini mengisahkan dua insan yang telah lama berpisah (Ki Santang dan Dewi Rengganis). Karena asmaranya yang begitu dalam, akhirnya mereka dipertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang disebut “Batu Cinta”. Batu inilah yang menjadi saksi bisu dipertemukannya kembali cinta mereka

Mitos Masyarakat Patengan

 Selesai dari Situ Patengan, perjalanan dilanjutkan ke Kawah Putih. Sekali lag halangan menghampiri. Karena sudah terlalu sore, mobil gak boleh naik ke atas, ke Kawah Putih. Gue lemes dengernya. Udah jauh-jauh, masak gue cuma liat Situ Patengan doang.        

Namun banyak orang yang jalan ke arah gerbang masuk kawah Putih. Gue, Heidy dan Azwar inisiatif untuk tetep coba mencari tau kenapa orang-orang tetep jalan kea rah pintu gerbang padahal mobil udah gak boleh naik ke atas.

Ternyata yang tidak boleh naik ke atas adalah mobil pribadi. Mobil yang biasa disewakan di sana masih diperbolehkan untuk naik sampai ke atas Kawah Putih. Penyakitnya daerah wisata di Indonesia ternyata sama yach. Kalo lagi kondisi kayak gini, dimana pengunjung tidak punya pilihan, tarif sewa mobil utuk ke kawasan Kawah Putih menurut gue mahal banget . Cuma nganter gitu doang, Rp. 100.000 pulang pergi. Hiks.

Perjalanan ke Kawah Putih dimulai. Sesampainya di tepi Kawah Putih, kabut turun dengan cepatnya. Fuih jadi dingin banget. Gue she pake jaket, tapi gue salah kostum untuk celana. Gue pake celana pendek sedengkul. Hiks, dingin banget…………

Karena udah terlalu sore, sekitar pukul setengah tujuh malam, gue, Heidy dan Azwar gak terlalu lama berada di Kawah Putih. Namun tidak akan lupa untuk foto – foto dulu. He..he…

Setelah itu langsung pulang deh menuju kosan di kawasan Dago…fuih hari yang sangat melelahkan, tapi menyenangkan he..he..

Finally, I visited the south of Bandung.

   

Never Ending Birthday – Thanks to Setiabudhi V, GG 2, No. 1, 5th floor

Tulisan ini gue tujukan buat temen – temen kosan gue di Jakarta. Buat Nina, Siska, Inggrit, Lia, Via, dan Neneng. Makasih banget ya ibu-ibu ceriwis. Terima kasih untuk kue, terima kasih untuk kado, dan terimakasih banget untuk sebuah persahabatan yang begitu menyenangkan. Yang membuat gue gak lonely kos di Jakarta. Mengingat semua kegilaan yang pernah kita lakuin. Did you all remember about Dufan? It’s only one of it. Wakakaka kalo inget itu gue jadi suka senyum-senyum sendiri. Kok bisa-bisanya saat itu gue terbujuk rayuan loe semua wakakakakak.

Terima kasih  buat kejutan di pagi hari ini (31/12/08). Gue bener-bener gak nyangka elo semua bakal kasih kejutan kayak gini. Ulang tahun gue kok gak ada habisnya ya. Secara udah sejak sebulan yang lalu gue ulang tahun. Tetep aja ada lantunan happy birthday dan kado ulang tahun buat gue he..he..he..Gue jadi males pindah kosan hiks..hiks..hiks…

Hari ini (31/12/08) adalah hari terakhir di tahun 2008. Berhubung kantor gue pindah ke Jakarta Selatan (tadinya Jakarta Pusat), gue pun siap – siap lebih pagi daripada biasanya. HIks banget. Biasanya jam tujuh pagi gue masih leyeh-leyeh di kosan. Tapi hari ini pukul tujuh pagi gue sudah rapi, siap buat ngantor. Gue ngantor cuma karena ada satu pembayaran yang harus segera diproses. Hiks..hiks..  Sebenernya hari ini gue males banget ngantor. Rasanya pengen cepet-cepet libur aja deh.

Udah rapi mau berangkat kantor, teman kosan gue rame-rame ngetok pintu. Betapa kagetnya gue ketika buka pintu kamar. Lagu happy birthday mengalun, di tangan Nina sepotong kue dengan lilin menyala di atasnya, dan Via yang menyerahkan sebuah kado ke tangan gue. Sederhana. Itu kesan gue pertama kali melihat kado dan kue. Namun itu tidaklah penting buat gue. Dengan semua yang kalian lakukan, itu udah sangat berarti buat gue. Will never forget it. Never.

Betapa kagetnya gue ketika melihat kado. Sebuah frame foto panjang dengan tiga bagian foto di dalamnya. Satu foto bagian, isinya potongan-potongan foto gue dengan bertuliskan happy birthday vidi di bawahnya, di bagian tengah adalah potongan – potongan foto dengan mimik muka jelek kita semua, dan di bagian satu laginya adalah potongan-potongan  mimik muka cantik kita semua. Duh kaliain ini ada-ada aja. Kepikiran aja bikin kayak gini….

Dengan yang semua kalian lakukan gue jadi inget Yudhit dan Gun yang juga pernah melakukan hal yang sama ke gue di penghujung tahun 2005, tepat di hari ulang tahun gue pagi hari. Kejutan dan kejutan. Well, life is a great thing.

Last: thank you very much for all of you. Really, will never forget it.   

Saturday, January 3, 2009

Trip to Bandung - 1st Part, hanging around

Well, begitu banyak yang ingin dituangkan dalam tulisan hingga bingung harus mulai dari mana. Semua serba mendadak, serba tanpa rencana. Sejak awal keberangkatan, semua rencana yang sudah disusun kurang berjalan lancar. Namun berakhir dengan baik.

Dimulai dari hari ini (26/12/08) keberangkatan ke Bandung dengan City Trans. Karena datang telat ke pool, jadwal keberangkatan yang sedianya berangkat pukul tiga, mundur jadi pukul empat. Untungnya seat di jam empat available. Kalo enggak, bisa batal perjalanan ke Bandung. Di hari yang  sama, setibanya di Bandung, rencana awal adalah mau nonton transporter, tapi akhirnya malah nonton film Keanu Reave yang berjudul The Day the Earth Stood Still.

Hari kedua di Bandung (27/12/08), Pagi – pagi udah nongkrong sama Azwar di Bubur Ayam Talaga Mang Oyo yang terletak di Gelap Nyawang. Ceritanya sarapan pagi, walaupun sedikit telat sekitar pukul Sembilan-an.  Selesai sarapan, langsung ke stasiun beli tiket kereta buat Azwar pulang ke Yogyakarta. And you know what, jalan – jalan pagi hari, naik angkot turun angkot, gue belom mandi he..he..he..(secara rencana awal kan cuma untuk sarapan doang). Jadi malu aku.

Pulang dari stasiun kereta, kembali menuju kosan adek gue yang terletak di daerah simpang Dago. Istirahat bentar,  gue pun mandi. Siap – siap untuk angkat kaki lagi dari  kosan. Akhirnya sekitar pukul dua belas siang, Heidy sampe juga di kosan. Dia naek travel pagi dari Jakarta. Dan kita pun-gue, Heidy dan Azwar, berangkat menuju BEC di jalan Purnawarman Bandung. Banyak macem juga yang dibeli di sana.

Selesai dari BEC, perjalanan dilanjutkan ke BIP. Tujuan utama nonton Transporter yang kemaren gak ke sampean. Heidy sebenernya pengen nonton Madagascar, tapi kalah suara he..he…he..Karena film masih lama, akhirnya kita makan dulu di foodcourt.

Selesai nonton sekitar jam tujuhan. Orang-orang pada baru mau keluar buat malam mingguan, gue bertiga malah pulang, gue dan Heidy ke kosan adek gue di daerah Simpang Dago, Azwar ke kosan temennya di daerah Dago Barat.

Tapi, perjalanan belum berakhir. This is not the end. Tujuan utama ke Bandung adalah jalan – jalan, bukan buat ngedekem di kosan he..he..he..Sekitar pukul Sembilan, kembali kita bertiga keluar. Setelah melewati sedikit kebimbangan, akhirnya diputuskan untuk ke sebuah tempat minum kopi di daerah Teuku Umar, yaitu Ngopi Doeloe. Penuh. Hiks.  Empat kali gue berniat untuk nongkrong di café ini, tapi selalu gagal karena penuh. Akhirnya diputuskan untuk keluar dari Café itu.

Kembali ke Jalan utama, Ir. H. Djuanda. Sedikit berdebat hendak mau ke mana. Beberapa nama café di daerah Dago Pakar disebut, Sierra, The Valley, Callista, tapi akhirnya diputuskan untuk ke The View yang terletak di kawasan Dago Resort di daerah Dago Pakar. Alasan utama ke sana adalah karena tidak seorang pun pernah nongkrong di sana.  Please deh, hari gini he..he..

Bandung ketika weekend memang sangat menyebalkan, udah macet di mana – mana. Mau cari taksi aja susahnya minta ampun. Gue bertiga nunggu taksi di depan Dago Panyawangan hampir satu jam. Damn. Akhirnya taksi pun didapatkan. Langsung tancap ke Dago Pakar. Laper.

Akhirnya tiba juga di The View. Kita semua turun dari taksi, bayar, taksi pergi kemudian kita menuju ke dalam The View. Sial, Café ini udah direservasi untuk kawinan. Rese banget, kagak ada pengumumannya gitu. Enggak informatif banget deh neh café. Gue bertiga sadar ini udah dibooking buat acara kawinan ketika melihat begitu banyak orang pake baju kebaya dengan dandanan make up lengkap.   I hope this is the first and the last time I come here. Ogah lagi deh gue ke kafe ini. Kita bertiga pun terdampar di depan The View. Akhirnya nelpon taksi lagi untuk jemput. Dan kembali menunggu taksi. Lama banget. kawasan kafe ini terpencil banget di dalam komplek perumahan.  Laper gue pun hilang karena nunggu taksi. Sebel banget.  Mana dingin pula. Rese banget. Tapi tetep gue gak mati gaya, mumpung Heidy bawa kamera XLR-nya, gue pun foto – dengan latar cekungan Bandung ha…ha..ha..

Setelah agak lama, akhirnya taksi yang di nanti dateng juga. Kita pun menyerah untuk ke Sierra, café yang biasa dijadiin tempat nongkrong. Menurut gue disinilah the best view cekungan bandung bisa terlihat.  Sekali lagi kesialan menghampiri, Sierra udah last order, so taksi pun langsung puter arah ke luar dari Sierra. Bingung mau kemana lagi. Untuk keluar dari kawasan Dago Pakar ke jalan utama cukup jauh. Kita bertiga pun kembali berdebat hendak ke mana. Kok mau makan aja kayaknya susah banget ya. HIks banget deh gue.

Akhirnya diputuskan untuk ke Restoran Atmosphere, yang terletak di daerah Lengkong. Sebelum masuk ke resto itu, Azwar duluan yang turun untuk tanya tutup jam berapa.  Azwar kembali ke taksi bilang resto masih buka sampe jam empat. Akhirnya turun dari taksi. It’s time to eat my dinner. Hiks banget. Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Ampun deh gue. Well, it wasn’t a dinner I think. Heidy sama Azwar makan lahap banget. Berhubung laper gue udah hilang, gue cuma pesen goulash soup dan hot chocolate doang.

Dan akhirnya pukul dua, kita pulang menuju kosan masing – masing, gue ke Cisitu Baru di Simpang Dago, Azwar ke Dago Barat. Dan kali ini, enggak susah lagi cari taksi.

Lesson learnt:  besok – besok ke Bandung bawa mobil aja kali yeeeeeeee. Modal dikit. Supaya gak kayak orang susah banget  ha….ha..ha..

 

TENTANG MALAM ITU

Malam itu

Telah kuceritakan kembali cerita itu

Sebuah pengalaman pahit hidupku

Sebuah luka yang menusuk hatiku

Sebuah pengkhianatan terbesar dalam hidupku

 

Berulang kali telah ku dengar

Pernyataan persetujuan

Pernyataan kebersamaan

Pernyataan keseriusan

Pernyataan kebahagiaan

 

Tapi apa yang akhirnya kudapatkan

Hanya…..

Penolakan

Perpisahan

Pengkhianatan

Dan kesedihan

 

Adakah engkau mengerti lukaku?

Adakah engkau memahami perasaan sedihku?

Adakah engkau merasakan sakitku?

Ku hanya ingin kau tau

Tak ingin lagi ku rasakan semua itu

Luka, sedih dan sakit itu

 

Apakah engkau akan menjadi seorang raja di hatiku?

Yang bisa membuatku bahagia berada di sampingmu

Yang bisa membuatku nyaman berada di sisimu

Yang bisa memahami perasaanku

Ataukah engkau akan menjadi seorang bajingan dalam hidupku?

Yang hanya akan menyisakan kesedihan dalam hidupku

Yang hanya akan menyisakan luka di hatiku

Yang hanya akan menjadi mimpi burukku

 

Tidak lagi ku butuhkan pernyataan

Ku inginkan sebuah kenyataan

Tidak lagi ku butuhkan obrolan

Ku inginkan sebuah bukti tindakan

Salahkah jika aku meminta semua ini?

 

Created by: VIDY

Monday morning, Bandung, 29 December 2008