Wednesday, September 15, 2010

Ada Teluk Bayur di Kalimantan Timur

Jika mendengar kata Teluk Bayur, pikiran orang akan langsung ke sebuah pelabuhan yang terletak di kota Padang, Sumatra Barat. Pelabuhan ini sudah terkenal sejak zaman belanda. Bahkan nama Teluk Bayur ini juga diabadikan dalam sebuah lagu.

Namun bukan Teluk Bayur yang ada di kota Padang yang akan saya bahas saat ini. Namun Teluk Bayur yang ada di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Sedikit aneh di telinga saya ada daerah dengan nama Teluk Bayur di Kalimantan.

Sebenernya ini merupakan cerita suami kepada saya yang penasaran kenapa daerah rumah yang pertama kami datangi ketika hari kedua lebaran di sebut dengan daerah Teluk Bayur. Tidak ada pelabuhan di daerah ini, karena memang juga tidak terlalu dekat dengan laut.

Menurut suami, konon katanya dahulu kala zaman belanda, ada sekelompok orang dari pulau jawa yang dijanjikan oleh Belanda untuk bekerja ke Teluk Bayur yang ada di Sumatra Barat. Namun dalam perjalanannya, kapal yang ditumpangi tidaklah ke arah pulau Sumatra, akan tetapi ke Kalimantan. Ketika kapal merapat, sekelompok orang tersebut beranggapan bahwa mereka sudah tiba di Teluk Bayur.  Mereka pun menyebut daerah yang baru mereka pijak tersebut dengan Teluk Bayur. Kemudian oleh belanda mereka dipekerjakan di daerah pertambangan.

Itulah asal muasal daerah Teluk Bayur diTanjung Redeb ini. Hingga saat ini pun daerah tersebut masih disebut dengan Teluk Bayur.

Created by Vidy

Tanjung Redeb, 12 September 2010

IBU PEJABAT

Hari pun berganti. Hari ini (11/09/10) cuaca pagi di Tanjung Redeb kurang bersahabat. Hujan sudah membasahi bumi mulai dari pagi hari. Rencana suami beserta teman-temannya hari ini masih bersilaturahmi ke rumah-rumah temannya. Namun karena faktor cuaca, silaturahmi yang direncanakan akan dimulai pukul delapan pagi molor hingga pukul sebelas-an. Menunggu hujan reda.

Rumah pertama yang dituju terletak di daerah Teluk Bayur. Dari Teluk Bayur, silaturahmi berlanjut ke Bedungun, kemudian ke Gunung Panjang, Bukit Manimbora dan beberapa daerah lainnya. Hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore ketika mengujungi rumah terakhir ke daerah Murjani. Total rumah yang dikunjungi adalah delapan rumah.

Memasuki rumah pertama, seperti biasa, setelah bersalaman kami semua dipersilahkan untuk makan hidangan khas yang telah disiapkan. Memasuki rumah kedua, sekali lagi dipersilahkan untuk makan. Begitu seterusnya hingga rumah ke delapan. Whuaaa, kenyang sekali.

Beruntung juga lebaran kali ini bukan hanya saya saja yang merupakan anggota baru ibu-ibu ini. Ada satu temen suami yang juga baru menikah. Kami pun diperkenalkan sebagai anggota baru. Hohoho welcome to the club, bergabung dengan ibu-ibu, mulai dari ibu-ibu muda dengan anak yang masih balita hingga ibu-ibu yang sudah matang dengan anak sudah beranjak remaja bahkan dewasa.

Bergaul dengan ibu-ibu topik pembicaraan cenderung sama. Apalagi jika bukan tentang anak, masakan  bahkan terkadang cerita tentang suaminya masing-masing. Fuih. Melihat perut saya yang memblendung setiap masuk rumah selalu ada saja pertanyaan tentang kandungannya sudah berapa bulan, anaknya laki-laki atau perempuan dan pertanyaan sejanis lainnya yang bersangkutan dengan kehamilan.

Beberapa ibu-ibu pun membujuk saya untuk menetap di kota kecil ini. Hanya bisa tersenyum simpul. Will think it later  hehehe.

Walaupun meninggalkan rumah terakhir di daerah Murjani waktu sudah menunjukkan pukul setengah sore, bukan berarti acara silaturahmi beserta dengan makan-makannya sudah berakhir. Masih ada satu acara lagi yang harus dihadiri setelah waktu isya. Kali ini acara silaturahmi dengan bos dan teman-teman satu divisi suami. Tentu saja beserta dengan istri-istri mereka.

Jamuan makan malam ini bertempat di restoran hotel Bumi Segah, hotel tempat saya menginap. Makan malam sedikit molor karena menunggu pak bos yang baru dateng dari Balikpapan. Dua orang temen suami membawa serta istri-istri mereka. Sama seperti saya dan suami, mereka berdua bisa dikategorikan pangantin baru karena baru menikah tahun ini. Salah satu dari mereka sama dengan saya, sedang hamil juga. Namun lebih tua usia kehamilan saya.  

Suami beserta temennya sibuk ngobrolin masalah di salah satu site tambang, di daerah beaching point, Sambarata. Dari pada bengong, mau tidak mau ngobrol dengan istri-istri teman suami. Hohohoho once again ngobrol dengan istri-istri temennya suami. Bener-bener harus membiasakan diri dengan komunitas baru. Komunitas ibu-ibu. Tidak terasa waktu cepat berlalu. Tiba saatnya seperti mama yang ngobrol dengan istri-istri temennya papa. Acara makan malam pun baru selesai ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam waktu indonesia tengah.

Fuih, dua hari ini terasa seperti ibu pejabat saja. Hidup dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Ternyata oh ternyata capek juga. Sampe kamar badan langsung tepar. Kaki pegel-pegel. Whuaaaaaaaaaaaaaaa.

Created by Vidy

Tanjung Redeb, Berau, 12 September 2010.

Lebaran di Berau

Hari ini (10/9/10) lebaran telah tiba. Begitu banyak suka cita, begitu banyak pengalaman-pengalaman baru dalam hidup ini yang tidak akan saya lupakan, begitu banyak nikmat Allah yang tiada henti-hentinya saya syukuri. Tahun ini adalah tahun pertama saya lebaran dengan status sebagai istri. Ya, inilah lebaran pertama kami sejak menikah di awal tahun ini. Begitu terasa berbeda.

Tahun ini menjadi momen pendewasaan diri. Merayakan lebaran tidak dengan keluarga besar saya, melainkan ke tempat suami bertugas, Tanjung Redeb Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Ya, merayakan lebaran berdua karena suami tidak mudik tahun ini. Tadinya sempet berpikir lebaran ini akan sedikit garing karena hanya berdua saja. Ternyata oh ternyata tidak. Seru juga. Banyak kenal orang-orang baru.

Pukul setengah tujuh pagi, waktu indonesia tengah, saya dan suami berangkat dari hotel menuju mesjid Agung Baitul Hikmah, Tanjung Redeb. Suami ke deretan syaf laki-laki, saya ke belakang, ke deretan syaf perempuan. Biasanya di samping kiri atau kanan adalah mama atau adik-adik saya, kini dua orang lain yang tidaklah saya kenal sama sekali.

Tradisi makan lontong pun masih ada. Pulang dari shalat eid, saya dan suami bersilaturahmi ke rumah pak Wahyudi, teman kantor suami. Yippi, di sana tersedia lontong opor. Nyam..nyam tradisi makan lontong tidak hilang hehehe. Dari rumah pak Wahyudi, silaturrahmi berlanjut ke beberapa rumah lainnya dan lagi-lagi makan dan makan. Ada lontong opor plus sambal goreng hati, ada bakso, ada salad buah, ada dendeng bakar dan ada juga rendang asli dibawa dari padang. Yippi..yippi...Selain itu juga banyak kenal teman-teman baru. Siapa lagi kalo bukan teman-teman tempat suami bekerja beserta dengan istri dan anak-anak mereka. 

Sejak berstatus sebagai istri ditambah dengan kondisi saya sekarang yang sedang hamil besar, memaksa saya untuk terbiasa mendengar diri sendiri disapa oleh orang lain dengan sebutan ibu bukan mbak. Ya, ibu (jadi serasa diri ini sudah tua). Hal ini juga yang membuat lebaran tahun ini terasa berbeda bagi saya. Berlebaran di Kota yang baru untuk kedua kalinya saya datangi, ditengah teman-teman tempat suami saya bekerja yang baru kenal pada saat lebaran ini, mau tidak mau saya harus membiasakan diri untuk dipanggil dengan sebutan ibu ditambah nama suami di belakangnya. Hohoho terdengar sedikit aneh ditelinga saya. Namun harus sudah mulai membiasakan diri untuk dipanggil dengan sebutan ibu Azwar hehehe. New life is just begun!

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H.

Created by Vidy

Tanjung Redeb, Berau, 11 September 2010.