Malam kian larut. Mata gak mau merem. Untung di Trans TV ada film bagus. Alhamdulillah dedek bayi dalam perut gak rewel. Setia nemenin calon bundanya yang gak bisa tidur dari tadi. Makasih ya sayang….
Saturday, July 24, 2010
Can't sleep
Sunday, July 11, 2010
Anak Laki-laki
Saya pun mengantri. Seorang ibu duduk di kursi, tepat di belakang saya. Si ibu mengajak saya ngobrol. Ditanya, ya dijawab meskipun gak tau siapa nama ibu ini. Tapi yang pasti tetangga dan temennya mama hehehe…
………………………
“Udah berapa bulan?” si ibu bertanya.
“18 minggu, Bu.”
“Kerja di Jakarta ya?”
“Iya,”
“Gak capek?”
Saya hanya tersenyum. Kalo ditanya capek, kerja dimana pun pasti capek hehehe.
“Anaknya nanti laki-laki. Hamilnya sama kayak saya dulu. Jerawat dimana-mana. Trus suka hitem-hitem di leher kayak gitu.” Si ibu menunjuk ke arah leher saya.
“ Nanti hitem-hitemnya sampe ke badan. Cuma abis ngelahirin hilang sendiri kok,” si Ibu melanjutkan kalimatnya.
Tidak sekali saya mendengar ibu-ibu nyeletuk seperti itu ketika melihat kondisi saya sekarang. Kalimat seperti itu sudah sering saya dengar dua bulan terakhir ini. Apalagi di kantor ada beberapa ibu-ibu yang anaknya udah gede-gede. Pastinya jauh lebih berpengalaman dari pada saya. Ibu-ibu di kantor juga sering bilang begitu.
Saya pun mengangguk-angguk. Di dalam hati mengucap amin.
Created by Vidy in Bogor on 11 July 2010.
1st Site Visit: Keliling 4 Pulau Nan Cantik - Pulau Maratua
Akhirnya dapet juga kesempatan mengunjungi pulau ini . Dream come true. Jatah site visit pertama pun dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bujuk-bujuk suami supaya mau ngajak saya ke sana. Gak patah semangat membujuk walaupun udah sampe di pulau Derawan (rencana awal perjalanan hanya ke satu pulau yaitu Derawan). Di pulau Derawan, barulah kembali membujuk supaya mau lanjut ke Maratua, Kakaban dan Sangalaki yang terkenal itu. Cihuuuuuuuuuuuy, berhasil. Perjalanan pun direncanakan.
Pagi (4/4/10) sudah rapi nongkrong di tepi dermaga. Sekitar jam setengah 8 cabut dari pulau Derawan. Pulau pertama yang dituju adalah Maratua, kemudian Kakaban, terakhir Sangalaki baru kembali ke Derawan.
Perjalan ke Maratua ditempuh sekitar satu setengah jam dari Derawan. Semakin lama air laut terlihat semakin biru gelap yang menandakan laut semakin dalam. Jadi rada serem. Namun saya tidak lupa untuk paket life jacket mulai dari awal perjalanan huhuhuhu…Phobia saya sedikit hilang ketika melihat iring-iringan lumba-lumba. Lumayan banyak satu rombongan. Tidak lama kemudian juga liat ikan blue marlin, dalam bahasa lokalnya ikan layar. Seneng banget. Namun sayang gak sempet moto. Camdig lagi gak stand by di tangan. huhuhu
Ketika kapal mulai merapat ke Maratua Paradise Resot, Salah satu resort yang ada di pulau ini. Subhanallah, bener banget kata Trinity. Maratua oke banget. Kagak usah pake diving, ikan-ikan, terumbu karang, putihnya pasir terlihat dengan jelas. Airnya bersih. Seneng. Sampe ikan yang biasa menyamar seperti karang juga terlihat. Seandainya saya bisa berenang huhuhuhuhu
Speed boat merapat tepat di samping restoran. Tampak banyak bule sedang sarapan pagi, ada juga yang lagi siap-siap buat diving. Tak satu pun tampak muka-muka Indonesia dalam deretan tamu. Hiks. Namun pengunjung yang bukan tamu resort tidak bisa untuk sekedar pesen kopi, apalagi makan. Karena yang boleh order hanya tamu resort. So exclusive!!!!
Mas Iwan pun siap-siap snorkling. Walaupun sebenernya tanpa nyebur pun ikan-ikan sudah terlihat. Mulai dari yang deket ke pantai (deket ke pantai aja dalemnya laut udah 2 M), mas Iwan beralih snorkling ke tengah laut yang lebih dalam. Saya menunggu di speed boat. Dari speed boat samar-samar terlihat ikan berlari kian kemari, terumbu karang besar-besar. Dasar laut tampak curam. Menurut mas Iwan arus air laut cukup kuat. Saya semakin mengurungkan niat untuk nyebur ke laut.
Dari pulau Maratua tampak pulau Kakaban memanjang. Hm…hm..gak sabar ingin segera ke sana. Melihat ubur-ubur yang telah berevolusi sehingga kehilangan daya sengatnya. Namun tetep, sebelum meninggalkan pulau Maratua nan cantik ini tidak lupa untuk foto-foto dulu. Jepret sana, jepret sini. Eksis terus.....
Kakaban, here I come….
Created by Vidy in Bogor on 11 July 2010
Sunday, July 4, 2010
Kereta Ekspres Bogor di Sore Hari
Kereta pun berhenti. Seperti biasa, penumpang berebut mencari pintu paling terdekat dari tempat mereka berdiri. Saya menunggu hingga hampir semua penumpang tujuan ke arah Bogor masuk. Sejak positif hamil, jadi gak berani berebut tempat duduk seperti biasa. Kasian calon dedek bayi yang ada dalam kandungan jika harus berdesak-desakan.
Ketika kaki baru melangkah masuk ke dalam kereta yang sudah penuh, seorang bapak-bapak menunjuk dan bilang pada saya untuk untuk ke kursi khusus untuk ibu hamil, orang tua, dan juga orang cacat. Ups kursi tersebut penuh. Paling ujung bapak-bapak yang segar bugar, kemudian seorang mbak-mbak muda, setelah itu seorang bapak2 yang membawa tongkat untuk penyangka kakinya dan diujung satu laginya ada mbak-mbak masih muda lagi.
Saya hendak menuju ke arah bapak-bapak yang paling ujung, namun bapak-bapak yang memegang tongkat langsung berdiri dan mempersilahkan saya untuk duduk. Deg. Ya ampun, bapak itu kan juga berhak untuk duduk di kursi tersebut. Begitu hati saya berkata-kata.
Saya duduk dengan perasaan sedikit tidak enak hati. Dan bapak-bapak yang paling ujung tetap duduk dengan santainya. Sebel banget liat kelakuan bapak tersebut. Ingin rasanya menegur bapak tersebut, namun mata bapak tersebut udah merem. Huh.
Bapak-bapak yang menggunakan tongkat duduk di depan saya dengan menggunakan kursi lipat. Padahal kereta penuh pada saat itu. Apalagi ketika kereta berhenti di stasiun Cawang, kereta pun bertambah sesak. Bapak tersebut sedikit meringis.
Ketika di stasiun Depok, mbak-mbak yang duduk di sebelah saya berdiri dan bergegas ke arah pintu keluar. Saya pun bergegas untuk geser ke tempat duduk mbak tersebut ketika melihat ada ibu-ibu yang masih segar bugar berniat hendak duduk juga. Huh. Setelah geser, saya bergegas meminta Bapak yang tadi memberi saya duduk di stasiun Sudirman untuk pindah duduk ke atas. Ibu-ibu tersebut agak bĂȘte. Tapi saya cuek aja. Menurut saya bapak-bapak tersebut lebih berhak daripada ibu-ibu tersebut.
Terima kasih untuk bapak-bapak yang memberikan saya duduk. Siapapun namanya. Senang, masih ada yang peduli dengan ibu-ibu yang sedang hamil.
Created by Vidy in Bogor, 4 July 2010